Minggu, 23 Juli 2017

Pelajaran Hidup Saat Miskin atau Kaya

Seorang pembaca mengkritik pak Dahlan Iskan sbb:


" ......ternyata pak dahlan tidak konsisten dgn gaya hidup sederhana yg selama ini ditonjolkan..seharusnya kalo emang mau jadi contoh mentri yg lain bpk hrs.."

Hemat saya Pak Dahlan itu hidupnya apa adanya, klau perlu pakai ojek, motor, kereta api, bus, ya pakai itu, kalau perlu pakai mobil ya pakai mobil, kalau perlu makan di warteg ya makan disana, begitu juga bila perlu maka di Restoran Bintang Lima ya bisa juga. Beliau pakai Jaguar/mercy itu sederhana di level beliau, bila income 40 Milyar per bulan terus gaya hidupnya cuma 200 juta sebulan itu cuma 0,5% saja yang di nikmatinya, sisanya 99,5% dikembangkan agar usahanya tumbuh sehingga bisa mempekerjakan dan memberi manfaat ke orang banya.

Yang lebih penting adalah beliau cara mendapat uangnya berasal dari cara yang halal dengan berwiraswasta dan kedua cara menggunakan uangnya masih di jalur yang halal juga. 

Dan gaya hidup Pak Dahlan tidak ada perubahan signifikan baik sewaktu sebelum atau sesudah jadi menteri. Mercy / Jaguarnya di miliki beliau jauh-jauh hari sebelum jadi menteri. Beliau tetap menjaga kehormatan di saat miskin, dan di saat kaya beliau lebih banyak memanfaatkan uang yang di dapatnya untuk kehidupan bermasyarakat (BISNISNYA), daripada untuk konsumsi pribadinya.

Parameter bermewahan di mata saya adalah :
1. Bermewahan Kelas Ringan : Memakai (konsumsi) lebih dari 50% uang penghasilannya.
2. Bermewahan Kelas Berat : 
a. Memakai (konsumsi) 100% uang penghasilanya.
b. Dan atau menggunakan untuk hal-hal yang tidak halal misal berjudi, mabuk, dll. 
3. Bermewahan kelas Super Berat: Memakai (konsumsi) lebih dari 100% dari uang yang didapatnya, apalagi kekuranganya dicukupi dengan berhutang, atau merugikan orang lain. 

Pengecualian paramater tsb di atas, bila uang penghasilannya sangat minim hanya cukup buat makan (nasi+lauk sederhana) & biaya pendidikan saja. Di luar urusan makan dan pendidikan adalah gaya hidup. Dunia ini menyediakan (ribuan) berbagai pilihan gaya hidup, karena dunia ini juga selalu berupaya untuk memastikan adanya (ribuan) ragam penghasilan. 

Contoh hidup bermewahan bila gaji 6 juta/bulan, karena ingin gaya hidup yang macam-macam sehingga pengeluaranya 9 juta/bulan berarti minus 50%, uang 3jt di dapat dari kartu kredit, koperasi, pinjam teman/saudara tapi tak pernah dikembalikan, inilah yg disebut bermewah-mewahan. 

Pelajaran yang saya baca dari kisah hidup Pak Dahlan adalah :
“Ketika kita tidak siap saat hidup miskin, maka kitapun berpotensi tinggi untuk tidak siap saat jadi kaya”, sebaliknya 

“Bila kita siap hidup miskin, kita juga punya potensi untuk siap hidup kaya”, dan “Potensi salah jalur bagi orang kaya itu lebih banyak daripada orang miskin”

Saat kita miskin, dan ada lintasan pikiran (hasrat) hidup negative, hasrat itu bisa jadi terkendala karena tak ada dana, mau berbuat apa uangnya tak ada (de gaga), namun saat "Kaya" tak ada kendala untuk merintanginya. 

Tanda-tanda orang yang orang yang tidak siap saat miskin adalah “Kemiskinan (kekuranganya) jadi alasan utama untuk melakukan hal-hal yang tidak terhormat dengan mencuri (korupsi) di semua level untuk alasan memenuhi kebutuhan hidupnya: bagi kuli bangunan curi material, bagi PNS bermain-main dgn SPPD, bagi pejabat bermain-main dengan anggaran proyek, dll.”

Tanda-tanda orang yang tidak siap ketika kaya adalah : ”Membabi-buta konsumtive menggunakan uang yang didapatnya”. 

Saya meyakini bahwa HUKUM ALAM GRAVITASI (HUKUM TARIK MENARIK) juga berlaku pada kemiskinan dan kekayaan.

Anak atau orang yang hidup di keluarga (lingkungan) miskin cenderung hidupnya "tertarik" jadi miskin, dan sebaliknya Anak atau orang yang hidup di keluarga (lingkungan) kaya cenderung hidupnya "tertarik" jadi kaya.

Anak (orang) yang jadi miskin bisa jadi karena keterbatasan sarana atau dana untuk perkembangan hidupnya, tapi itu bukanlah penyebab utama, penyebab utamanya adalah yang dia tahu tentang hidup, cari cari penghidupan adalah cara orang tuanya (lingkunganya) yang telah terbukti cara tsb tidak mampu untuk mensejahterakan keluarganya.

Anak miskin tersebut bisa jadi keluar dari garis kemiskinan, dan terlepas dari daya tarik "Keturunan Miskin", bila ada pencerahan yang dianugerahkan TUHAN, bisajadi karena hujatan atau hinaan orang yang menjadi energi super kekuatanya melebihi daya tarik kemisikinanya, atau pernah berkawan atau bergaul dengan lingkungan lain, mendengar, atau membaca yang memberikan pola pandang yang berbeda dari yang diketahui selama ini, pola pandang baru tersebut bila terus menerus didapat dan diasah, akan bisa melepaskan "anak miskin" terlepas dari daya tarik kemisikinan, menuju daya tarik kekayaan. 

Begitu pula anak atau orang yang hidup di keluarga (lingkungan) kaya cenderung jadi kaya, kecuali kalau dia dapat atau memilih gaya hidupnya orang miskin.

Gaya hidup orang miskin adalah mempergunakan lebih banyak daripada yang diperolehnya.

Seorang teman pernah menyangkal pandangan saya diatas, "Ah Kaya atau Miskin itu sudah TAKDIR, usaha bagaimanapun kalau di TAKDIR MISKIN ya tak akan berhasil dan tidak usaha apapun, kalau di TAKDIR KAYA ya jadi KAYA'.

Ya, pasti HIDUP adalah TAKDIR, itu adalah keyakinan bagi orang yang beriman. Pertanyanya adalah adakah manusia yang hidup di dunia ini tahu apa TAKDIRNYA?

Karena kita tidak tahu TAKDIR itulah seni hidup di Dunia, sebagaimana asiknya kita nonton langsung sepak bola, asiknya berdebar debar memasukan atau kemasukan gol, karena kita belum tahu hasilnya, jauh berbeda ketika kita nonton siaran ulang Sepak bola. TAKDIR itu adalah kuasa, kewenangan dan misteri TUHAN, ya baru akan kita ketahui ketika sedang dan setelah terjadi.

Dan hal terpenting yang perlu kita semua sadari bahwa : 
Kemiskinan atau kekayaan adalah "keadaan sementara", bisa berubah-ruba sewaktu-waktu tiada yang tahu. 
Dan Kemiskinan atau kekayaan adalah sarana bagi TUHAN untuk mendidik (menguji) kita.

MyMIND, Sangatta 16 Juni 2012 by Uce Prasetyo

0 komentar:

Posting Komentar